Senin, 11 Maret 2013

Untaian Rindu 2 - Reuni

   Sebelum matahari melelehkan salju perlahan-lahan dan memantulkan bayangmu, aku memutuskan pulang ke Indonesia. Bahkan di Paris aku tidak menemukan apa yang ku cari. Mungkin aku harus bertolak ke Yunani, dan berharap Dewi Aphrodite muncul disana?
   Tapi tidak, aku tetap pulang ke Indonesia, dan aku sudah di sini, bersama sepucuk undangan, dan timeline twitter yang penuh oleh teman-temanku yang menanyakan apakah aku akan hadir ke udangan itu atau tidak. Undangan reuni.
   Sesungguhnya, undangan reuni adalah yang paling kutunggu. Aku tidak menemukan undangan-undangan semacam itu di Paris. Tapi yang ini beda. Jangan tanya aku mengapa, aku tidak ingin membahasnya. Meski aku tetap memutuskan untuk menghadirinya.
   Aku merasa tidak bodoh. Tapi ya, aku masih berharap bisa menemukan jejak langkahmu disana. Berharap senyum itu masih milikku. Berharap bisa melanjutkan menghitung wkatu yang digunakan shuter untuk turun kebawah, dan kembali lagi pada posisi awalnya. Berharap kau benar-benar disana.

   Bersama Nikon D700-ku (oh, please, it's not kind of boyfriend), aku menghadiri acara reuni itu. Teman-teman sudah berkumpul disana, dan segera menyambutku begitu aku datang. Meminta oleh-oleh, lalu menanyakan kabarku di Paris. Kuyakin mereka juga pernah berada di atas L'Arc De Triomphe atau mendaki Eiffle Tower, jadi aku tidak terlalu antusias menceritakannya. 
   Kami lalu membuat lingkaran, dan mengobrol bersama. Hanya kami, dan semua hadir. Dan aku menemukanmu diantara mereka. Aku tidak tahu apa yang harus ku perbuat. Oh tell me, aku mengerang. Mengucap 'hai', melemparkan senyum? Lalu mengungkapkan selauruh rindu yang dima-diam menetap di hatiku. Tidak. Aku melihatmu, dan kamu melihatku. Kau tersenyum, dan aku membalasnya. Senyum yang sama yang selalu untukku seperti yang lalu-lalu.
   Setelah itu, rindu itu perlahan meluntur, meleleh seperti salju di Paris yang sedang kutinggalkan. Bukan karena kau menyapaku -tidak. Kita bahkan tidak berbicara atau saling menanyakan kabar. Matamu yang mencairkan semuanya. Selalu matamu, sejak dulu.
   Kau melirik Nikon D700 ku? Iya. Dan kau masih ingat semua kenangan yang kameraku tahu? Aku, tidak yakin. Tapi rindu memang menjawab semua, membuat setiap pertemuan menjadi sangat berharga. Tanpa harus membuka kamera kesayanganku itu, pertemuan kali ini tetap berharga. Selalu berharga.
   Sesederhana itu? Iya, aku selalu begitu.
   Aku tida akan lagi berharap bertemu Dewi Aphrodite.

I miss you now, @salmamul !
amalia rosyid, 2013