Sabtu, 22 Februari 2014

Percakapan

     "Reyna, you should attend this reunion!" Jovanka menekankan kata 'should'. Ia berbicara lewat telefon, sejak sekitar sepuluh menit yang lalu. "Tidak, ku ubah, kamu wajib datang!" Jovanka meralat ucapannya. "Oke, aku usahakan," akhirnya aku mengakhiri pembicaraan kami. Jov terdengar lega, lalu ia memutus sambungan telefon.
     Aku meletakkan handphone di samping laptopku, lalu melirik timeline twitterku yang sebagiannya masih diisi tweet-tweet dari Rivanna untukku. Memastikan bahwa aku akan menampakkan batang hidungku besok sore.
    Sepertinya aku memang harus menghadiri acara besok sore. Setelah kuingat-ingat, sudah dua kali undangan reuni yang ku 'tolak'. Prom night sekaligus farewel party angkatan tepat dibawahku, lalu reuni rutin beberapa minggu lalu. Aku sebetulnya sudah merindukan teman-temanku, terutama Jov dan Rivanna, dua sahabatku sejak kecil.
     Tapi bertemu seseorang yang kini adalah stranger with lots of memories apakah akan semudah mengingatnya? Aku melirik kalender, dan melihat sebuah angka tanggal besok, yang ternyata sudah memuat lingkaran merah yang ku coret bertahun lalu. Hari ulang tahunnya.
     Aku mengerang. What should I do, now?

    Jovanka mengetuk pintu rumahku beberapa menit yang lalu, dan kini atas izin ibu dia berdiri didepan kamarku, menungguku keluar dengan sabar. Ia memelukku, tak peduli bentuk keadaanku kali ini. "Aku mandi dulu," ucapku, lalu menyiapkan diri. "Cepat ya, Rivanna datang sebentar lagi," responnya.
     Setelah aku bersiap, Rivanna datang dan langsung memeluk kami bergantian. "Reyna! Akhirnya aku menemukanmu!" serunya, dramatis. Kami lalu berpamitan kepada ibu, dan segera berangkat.
    "Jov, Renos ulang tahun hari ini, ya?" tanya Rivanna.
    Jov mengangguk, "Iya!" jawabnya riang.
    Aku tersenyum samar. "Kasih hadiah apa Jov, Rey?" Rivanna bertanya lagi. "Kamu harusnya bawa salah satu fotomu, Reyna. Dia pasti senang," kata Jov. "Hadiah sudah disiapkan teman-teman kita yang lain," ia melanjutkan. Aku tidak membuka mulut. Seandainya ini setahun yang lalu, semua akan terasa mudah.

     "Hey, trio!" Kamia dan Franda menyambut kami. "How have you been?" tanya Kamia. Kami menjawab singkat, dan mereka berdua menyuruh kami bergabung dengan yang lain. Dan seperti yang kuduga, teman-teman menanyai kabarku seolah aku baru saja pulang dari keliling dunia, dan beberapa bulan hilang di hutan Amazon. 
     Kami menikmati kudapan yang disediakan, menonton video masa lalu kami, lalu membagi kisah-kisah perjalanan kami masing-masing. Setelah itu, acara yang ingin sekali kuhindari.
     Talia membawa sebuah kue tart dengan lilin ke meja, lalu teman laki-lakiku mendorong Renos ke dekat kue, dan mulai menyanyikan lagu ucapan selamat ulang tahun. Laviana memberikan sekotak hadiah, dan tiba giliran kami mengucapkan selamat satu persatu. Kepada Renos. Rivanna dan Jov menyeretku masuk ke barisan, walaupun sebenarnya aku tidak ingin. Apa yang harus aku katakan?
     Apakah dia ingat aku? Apa yang harus aku ucapkan? Sekarang giliranku. Aku mengumpat dalam hati. "Hey," aku menyapa. Air muka Renos berubah kaget, tetapi hanya sesaat. Guratan wajahnya membentuk sebuah senyum, senyum yang dulu. Membuat matanya terlihat sayu. Aku membalas senyumnya.
     Ia masih ingat aku. Matanya berkata begitu.
     "Selamat 17 tahun," ucapku. Hanya itu.
     "Thankyou, Reyna," ia memuat namaku dalam kalimatnya.
   Pada akhirnya, hanya dua kalimat itu yang bisa disebut sebagai 'percakapan'. Setidaknya semua itu menyatakan bahwa kami masih baik-baik saja. 


August, 7, 2013
Amalia Rosyid

    

0 komentar:

Posting Komentar